Kamis, 09 Februari 2012

askep sirosis hepatis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.    KONSEP TEORI
1.      Anatomi Fisiologi
Hati atau hepar adalah organ yang palng besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat, dan beratnya kurang lebih 1,5 kg. letaknya, bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas dua lapisan utama: permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma, dan permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transversusus.







Gambar 2.1: anatomi fisiologi hati

Fungsi hati yaitu:
a.       Mengubah zat makan yang diasorbsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakainnya dalam jaringan.
b.      Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urin.
c.       Menghasilkan enzim gllikogenik glukosa menjadi glikogenik
d.      Sekresi empedu, garam empedu dibuang dihati, dibentuk dalam system retikuloendotelium, dialirkan ke empedu.
e.       Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum, dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentk urin
f.       Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.

2.      Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul (FKUI, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan sebagai penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price, 1996).
 
Gambar 2.2: sirosis hepatis

Secara makroskopik, sirosis dibagi atas :
a.    Sirosis mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
b.    Sirosis makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih dari 3 mm.
c.    Sirosis campuran
Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.
Selain klasifikasi diatas, sirosis hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :
a.       Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi
Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis jenis ini merupakan 50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak). Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula ini dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi dan regenerasi yang dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai sirosis nodular halus. Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.
b.      Sirosis post nekrotik
Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-pisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan parenkim hati normal. Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar peranannya. Beberapa kasus berhubungan dengan intoksikasi bahan kimia industri, dan ataupun obat-obatan seperti fosfat, kloroform dan karbon tetraklorida/jamur beracun. Sirosis jenis ini merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer.
c.       Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi billaris post hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus.

3.      Etiologi
Beberapa hal yang menjadi penyebab sirosis hepatis adalah (Fkui, 1996):
a.       Hepatitis virus tipe B dan C
b.      Alkohol
c.       Metabolik : diabetes mellitus, hemakhomatosis (kelebihan bahan besi), penyakit wilson (kelebihan beban tembaga), defisisensi alphal-antitripsin, glikonosis tipe-IV, galaktosemia, tirosinemia.
d.      Kolestatis kronik
e.       toksik dari obat : INH
f.       Malnutrisi

4.      Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala Terbagi dalam 2 fase, yaitu :
a.      Fase kompensasi sempurna
Keluhannya samar-samar, yaitu :
1.      Pasien merasa tidak fit/bugar
2.      Anorexia
3.      Mual
4.      Diare/konstipasi
5.      Berat badan menurun
6.      Kelemahan otot
7.      Cepat lelah
b.      Fase dekompensasi
Diagnosis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya, terutama timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal dengan manifestasi :
a.       Eritema palmaris
b.      Spider nevi
c.       Vena kolateral pada dinding perut
d.      Ikterus
e.       Edema pretibial
f.       Asites
g.      Gangguan pembekuan darah seperti perdarahan gusi, epistaksis, haid berhenti
h.      Hematemesis
i.        Melena
j.        Ensefalopati hepatik

5.      Patofisiologi
Minuman yang mengandung alkohol dianggap sebagai factor utama terjadinya sirosis hepatis. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati, Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi. Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun. Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas. (Hidayat:2009)






6.      PATHWAY



7.      Pemeriksaan Penunjang
a.    Pemeriksaan Laboratorium
a.       Darah. HB darah, kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.
b.      Kenaikan kadar enzim transaminase/sgot, sgpt ,Gamma gt
c.       Kadar albumin yang rendah cerminan kemampuan sel hati yang kurang
d.      Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan tanda kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress
e.       Pemeriksaan CHE (colinesterase). Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun
f.       Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam dalam diet. Pada ensefalopati, kadar Na kurang dari 4 mg/l menunjukkan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
g.       Pemanjangan masa protombin merupakan petunjuk adanya penurunan fungsi hati. Pemberian vitamin K parenteral dapat memperbaiki masa protombin.
h.      Peningkatan kadar gula darah, pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen
i.        Pemeriksaan masker serologi pertanda virus seperti HBsAg/HBsAb-HBeAg/HBeAb, HBV DNA, HCV RNA untuk menentukan etiologi sirosis hepatis.
j.        Pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan. Nilai AFP > 500-1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati primer.
b.   Radiologi. Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal.
c.       Esofagoskopi. Dapat melihat langsung sumber pendarahan varises esofagus, besar dan panjang varises serta kemungkinan terjadi perdarahan yang lebih besar.
d.      USG. Melihat pinggir hati, permukaan, pembesaran, hemogenitas, asites, splenomegali, gambaran vera hepatika, vena porta, pelebaran saluran empedu, SOL (Space Occupying Lesion)
e.       Sidikan hati. Terlihat pengambilan radionukleid secara bertumpuk-tumpuk dan difus
f.       Tomografi komputerisasi. Walaupun mahal sangat berguna mendiagnosis kelainan fokal seperti tumor/kusta.
g.      Angiografi. Mengukur tekanan vena porta, melihat keadaan sirkulasi portal, mendeteksi tumor.

8.      Penatalaksanaan
Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori dan protein, lemak secukupnya.
Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
a.       Alkohol dan obat-obat lain dilanjutkan menghentikan penggunaannya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein kedalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori (300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D. Penicilamine dan Colchicine.
b.      Hemokromatosis
Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500 cc selama setahun.
c.       Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid



Therapi terhadap komplikasi yang timbul
a. Untuk asites
Diberikan diet rendah garam 0,5 gr/hari + total cairan 1,5 lt/hari. Spironolakton (diuretik bekerja pada tubulus distal) dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari, dinaikkan -sampai total dosis 800 mg sehari, efek optimal terjadi setelah pemberian 3 hari. Idealnya pengurangan berat badan dengan pemberian diuretik ini adalah 1 kg/hari. Bila perlu dikombinasikan dengan furosemid (bekerja pada tubulus proksimal).
b. Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena atau melena saja)
1.      Lakukan pemasangan UB tube untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari saluran sama, disamping melakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah, untuk mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti/masih berlangsung
2.      Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100 x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian dextrosa/salin dan transfusi darah secukupnya
3.      Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500 cc cairan DS % atau salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3x
4.      Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan perdarahan serius
5.      Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises
6.      Untuk mencegah rebleeding dapat diberikan propanolol
c. Untuk ensefalopati
1.      Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada hipokalemia
2.      Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai
3.      Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises
4.      Klisma untuk mengurangi absorbsi bahan nitrogen
5.      Pemberian :  - duphalac 2 x 2 sendok makan
- neomisin per oral untuk sterilisasi usus
-antibiotik campisilin/sefalosporin pada keadaan infeksi sistemik
6.      Transplantasi hati
d.   Peritonitis bakterial spontan
Diberikan antibiotik pilihan seperti sefotaksim 29/85 IV amoksisilin, aminoglikosida
e.    Sindrom hepatorenal/refnopati hepatik
1.    Keseimbangan cairan dan garam diatur dengan ketat
2.    Atasi infeksi dengan pemberian antibiotik

9.      Komplikasi
komplikasi pada sirosis hati meliputi:
a.    Kegagalan hati (hepatoselular)
b.    Hipertensi portal
Bila penyakit berlanjut, dari kedua komplikasi diatas dapat timbul komplikasi lain, yaitu :
a.       Asites
b.      Encefalopali
c.       Pentonitis bakterial spontan
d.      Transformasi kanker hati primer (hepatoma)
e.       Sindrom hepatorenal






B.     Konsep Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
b.      Identitas penanggung
c.       Keluhan utama.
Keluhan utama yang mungkin muncul pada pasien sirosis hepatis adalah nyeri abdomen, andomen yang semakin membesar, dan mual muntah
d.      Riwayat kesehatan
1.      Riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol  dalam jangka waktu yang lama
2.      Pola penggunaan alkohol-alkohol (durasi dan jumlahnya)
3.      Riwayat kontak dengan zat-zat toksik
4.      Terpapar obat-obat hepatotoksik
5.      Riwayat kesehatan sekarang.
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul. Pada pasien sirosi hati biasanya datang dengan berbagai macam keluhan seperti nyeri perut, perut membucit dan tegang, mual muntah, tidak ada nafsu makan, demam dan lain-lain.
6.      Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan penyakit Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani pasien.


7.      Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak berat pada keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan sakit DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien.
e.       Pengkajian fungsional
1.      Aktifitas/istirahat: Kelemahan, kelelahan, letargi
2.      Sirkulasi: Disritmia
3.      Eliminasi: Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), Penurunan/tidak adanya bising usus, Kesesuaian warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat
4.      Makanan/cairan: Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik, nafas bau (fetor hepatikus), perdarahan gusi.
5.      Neurosensori: Perubahan mental, bingung, halusinasi, koma, bicara lambat/tak jelas.
6.      Kenyamanan: Nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas,pruritus.
7.      Pernafasan: Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, expansi paru terbatas hipoxia.
8.      Keamanan: Pruritus, ikterik.
9.      Seksualitas: Gangguan menstruasi , atrofi testis , ginekomastia.
f.       Pemeriksaan fisik
1.      Kesadaran dan keadaan umum pasien. Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien, kekacuan fungsi dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak langsung terhadap penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak.
2.      Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan lebih focus pada pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, disamping itu juga penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan dan LLA (lingkar lengan atas) untuk mengetahui adanya penambahan BB karena retreksi cairan dalam tubuh disamping juga untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi yanag terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan.
-          Hati
Inspeksi: perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik, konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpu
Palpasi: ada nyeri tekan pada perabaan hati.
-          Limpa
Inspeksi: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara yaitu schuffner dan hacket. Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus (S-I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (SV-VIII). Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja.
-          Abdomen dan ekstra abdomen
Inspeksi: dapat diperhatikan adanya vena kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae dan tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya eritema palmaris, ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan hemoroid.

2.      Diagnose keperawatan
a.       Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhungan dengan diare
b.      Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan Pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret
c.       Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan Gangguan faktor pembekuan, gangguan absorpsi vit K
d.      Gangguan body image berhubungan dengan ikterik, perasaan isolasi
e.       Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan
f.       Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada hati dan bendungan vena porta
g.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


















3.      Intervensi keperawatan
no
diagnosa
Tujuan dan criteria hasil
intervensi
rasional

1
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria hasil:  
-vital stabil
-turgor  kulit baik,
pengisian kapiler nadi perifer dan haluan urine individu sesuai
a.       Awasi masukan dan keluaran, bandingkan dengan berat badan harian

b.      Catat kehilangan melalui diare.






c.       Kajian tanda vital,nadi perifer, pengisian kapiler,turgorkulit, dan membran mukosa.



d.      Berikan cairan Intravena
a.       Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian efek terapi.
b.      Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian efek terapi.
c.       Indikator volume sirkulasi/perfusi.







d.      Memberikan cairan dan penggantian elektrolit

2
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru, kumulasi sekret
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola nafas efektif
dengan kriteria hasil:
-Kemudahan bernafas
-Bunyi nafas tambahan tidak ada
-Nafas pendek tidakada.
a.       Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan








b.      Auskultasi bunyi tamabahan nafas


c.       Ubah posisi sering dorong nafas dalam latihan dan batuk
d.      Berikan O2 sesuai indikasi



e.       Berikan posisi semi fowler
a.       Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan ada sehubungan dengan hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen
b.      Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c.       Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
d.      Mungkin perlu untuk mengobati/mencegah hipoksia
e.       Kenyamana pernafasan

3
Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan gngguan factor pembekuan gangguan absorbs vitamin K
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat Mempertahankan hemeostatis dengan criteria hasil:
-tanpa perdarahan
-menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan
a.       Kaji adanya perdarahan GI, observasi warna dan konsistensi feses, drainase NGT, atau muntah



b.      Observasi adanya petekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber
c.       Awasi nadi, tekanan darah, dan CVP bila ada
a.       Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak.
b.      Sekunder terhadap gangguan faktor pembekuan

4
Gangguan body image berhubungan dengan  ikterik, perasaan isolasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan/kebutuhan isolasi
a. Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar. Dorong diskusi perasaan masalah






b. Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup


c. Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi klien/orang terdekat



d. Diskusikan harapan penyembuhan











e.  Anjurkan klien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau
a.  Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya dan memberikan kesempatan pada kijen untuk mengekspresikan perasaan.
b.  Penilaian dan orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut
c.  Masalah finansial mungkin terjadi karena kehilangan peran fungsi klien.
d. Periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari 6 bulan) potensial stress keluarga/situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.

e.Meningkatkan penampilan

5
Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada hati dan bendungan vena porta


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat menunjukkan tingkat nyeri ringan atau tidak ada (skala nyeri 1-5) dengan kriteria hasil:
-tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
-tidak ada posis tubuh melindungi
a.       Yakinkan pasien bahwa Anda mengetahui nyeri yang dialami pasien nyata dan akan membantunya dalam menghadapi nyeri tersebut
b.      Gunakan skala pengkajian nyeri untuk mengidentifikasi intensitas nyeri




c.       Identifikasi dan dorong pasien untuk menggunakan strategi yang menunjukkan keberhasilan pada nyeri sebelumnya

a.  Mengurasi rasa cemas pasien akibat nyeri yang dialami
b. Intervensi yang diberikan bisa disesuaikan dengan skala nyeri yang dialami
c.  Membiasakan pasien mandiri dalam menangani nyerinya
6
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan akumulasi garam empedu dalam jaringan

Setelah tindakan 2x24 jam pasien dapat menunjukkan:
-mempunyai kulit yang utuh
-memunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif
-mengingesti makanan secara adekuat untuk meningkatkan integritas kulit
a.       Gunakan air mandi dingin, hindari sabun alkali, berikan minyak kalamin sesuai indikasi
b.      Anjurkan menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk, usahakan kuku jari pendek, lepas baju ketat, berikan sprei katun
c.       Berikan obat sesuai indikasi, misal : antihistamin dan antilipemik
a.  Mencegah kulit kering berlebihan



b. Menurunkan potensi cidera kulit






c.  Antihistamin untuk menghilangkan gatal dan antilipemik untuk asam empedu pada usus dan mencegah absorbsinya.
7
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatique dan  kelemahann akibat anemia

Setelh dilakukan tindakan 2x24 jam pasien menunjukkan Menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas
a.  Tingkatkan tirah baring, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai kebutuhan
b.  Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendiri pasif/aktif.


c.  Catat perubahan mental tingkat kesadaran








d.  Hindari pengukuran suhu rektal, hati-hati memasukkan selang GI
a.  Meningkatkan istirahat dan ketenangan
b. Peningkatan nadi dan penurunan TD menunjukkan kehilangan volume darah sirkulasi.
c.  Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipovolemia, hipoksemi.
d. Rektal dan vena esofageal paling rentan untuk robek.











BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Hati atau hepar adalah organ yang palng besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat, dan beratnya kurang lebih 1,5 kg. letaknya, bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati terdiri atas dua lapisan utama: permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diafragma, dan permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transversusus.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Fkui, 1996). Sirosis hepatis juga didefinisikan sebagai penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodula-nodula regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price, 1996).
B.     Saran
Sebagai tenaga kesehatan, khususnya perawat, kita harus mengetahui dan mengerti tantang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada klien sirosis hepatik. Untuk itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan pasien penyakit sirosis hepatik dalam rangka meningkatkan kepuasan klien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan yang dilakukan secara profesional


2 komentar:

  1. terimakasi fostingnya sangat membantu

    BalasHapus
  2. terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..

    http://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/

    BalasHapus