Selasa, 27 November 2012
judul proposal
setelah kemarin judul proposal keluar dan pembimbing sudah ditentukan, aku lumayan puas. dosen pembimbing memuaskan, keduanya sangat baik, katanya, ini masih katanya lho!. judul proposalku yang di terima itu adalah Hubungan dan Peran serta ibu tentang paracetamol dalam pemberian paracetamol pada anak penderita demam. kalo pembimbing 1 sih setuju-setuju saja, nah ke pembimbing 2 di tolak, katanya itu gak sesuai dengan keperawatan, yah aku ganti deh jadinya. hubungan prilaku masyarakat dengan kejadian dermatitis, itu judul yamg di setujui oleh pembimbing keduaku. pembimbing keduaku itu sebenarnya dosen pavoritku lho, meski sebenarnya mimik wajahnya menyeramkan tapi aku begitu mengidolakan dia. dia begitu intelek aku rasa (gak yakin dengan arti intelek padahal, hehe.). yah intinya aku berharap semua lancar-lancar aja dan selesai tepat waktu.
Kamis, 22 November 2012
operasi kamar
Hari
ini lelah tapi memuaskan. Setelah berjam-jam beresin kamar, mulai dari oper
ranjang tidur, oper mini rak agar posisi mana yang enak dilihat, sampe-sampe
aku harus rela mengamati dari luar kamar supaya kalau dilihat dari luar kamarku
keliatan rapi gak ya? Bagus gak ya? Menarik gak ya? Soalnya berhubung kamarku
letaknya dekat tangga lewat orang keluar masuk alias turun naik jadi kamarku
harus keliatan rapi dari luar karena mau gak mau mereka pasti akan melihat kea
rah kamarku (percaya diri amat !!!).
Ternyata
benar jika ada pepatah mengatakan, “rumahku istanaku”. Tapi kali ini akan aku
rubah, khusus untuk diriku sendiri, “kamarku istanaku”. Iyalah, wong ini memang
kamarku,kamar kos-kosanku, kalau kau ngaku-ngaku ini rumahku nanti bisa-bisa
aku diusir sama oleh ibu kos. Hoho.
Activity
selanjutnya sih aku rencana mau review tugas kampusku yang udah selesai. Sebenarnya
aku gak terlalu puas nih dengan hasilnya karena aku belum nemuin yang aku mau. Tapi
ini aja aku udah mau mati rasanya ngerjain tugas ini, banyak dan bikin pusing. Yah
semoga aja nilai tugas kami ini nilainya dapet A (amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin ya
Allah). Iya, harusnya aku bilang ini adalah tugas kami, bukan tugasku. Hehhe. Kami
itu adalah aku, ebond, oland, o’om, opi. Johan dan agus. Nah nama kalian aku
tulis deh di blogku. Bangga gak. Hhehe. Kayaknya adanya kalian mau hapus nama
kalian di blog buruk rupa ini. Maklum aku kan masih blogger amatiran.
Rabu, 21 November 2012
selamat pagi hari kamis
hari kamis.jam 01.00 nanti aku ada kuliah. sebenarnya malas banget.upsss ! hari ini sebenarnya my luckyday. tau kenapa? ok aku jelaskan. pertama, hari ini itu sebenarnya ada kuliah Disaster, dan seharusnya hari ini kau presentasi di kelas, tapi dosenku sedang keluar kota karena ada urusan. kedua seharusnya hari ini juga ada kuliah farmakologi dan ada tugas yang harus kami kumpulkan, tapi berhubung dosenku itu juga gak bisa masuk ngasi materi yah selamat deh akunya. kenapa? soalnya tugasku belum jadi.
tapi, hari ini aku harus menyelesaikan 2 tugas kuliah sekaligus, semoga hari ini semua berjalan dengan lancar.
monitoring kebutuhan preoperatif
B.
MONITORING
KEBUTUHAN PREOPERATIF
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari
keperawatan perioperatif. Fase pra operatif dimulai ketika ada keputusan untuk
dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif
dan menyiapkan pasien untuk anstesi yang diberikan dan pembedahan.
1.
Persiapan
Klien Di Unit Perawatan
a.
Inform
Consent
Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap
pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali
tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi
pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan
komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang
kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera
setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor
seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap
pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala
macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika
petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak
untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.
b.
Persiapan
Fisik
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga
bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan
bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
-
Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi
pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien
dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
-
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu
diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga
kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang
biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal :
135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin
serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis
akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa.
-
Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di
bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan
diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung
dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang
menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas.
Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso
gastric tube).
-
Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi
ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi
kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daeran yang dilakukan pencukuran
tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah
sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi
pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi.
Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.
-
Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien
sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan
sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada
pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan
membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
-
Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung
kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi
bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance
cairan.
-
Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat
diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai
persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada
pasien sebelum operasi antara lain :
§
Latihan Nafas Dalam.
Latihan nafas dalam sangat
bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat
membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri
dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan
melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat
segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
·
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah
duduk (semifowler) dengan lutut
ditekuk dan perut tidak boleh
tegang.
·
Letakkan tangan diatas perut
·
Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan
menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.
·
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian
secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
·
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
·
Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
§
Latihan Batuk Efektif.
Latihan batuk efektif juga sangat
diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi
general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam
kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.
Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik
batuk efektif dengan cara :
·
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler,
jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat
ketika batuk.
·
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas
dalam (3-5 kali)
·
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga
pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa
menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
·
Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
·
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri,
pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk
yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat
mengurangi guncangan tubuh saat batuk
§
Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan
hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera
melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien
seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah
operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut
jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti
ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak
maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien
akan lebih cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari
kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion
(ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara
pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka
pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik
merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami
pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses
penyembuhan. Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses
pembedahan.
Demikian juga faktor
usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko
pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien
sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
Faktor resiko terhadap
pembedahan antara lain :
a.
Usia
Pasien dengan usia yang
terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal
ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun .
sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua
fungsi organ.
b.
Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan
obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan
orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang
malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain
adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin
K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang
mengalami obesitas.
Selama pembedahan
jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu,
obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya
dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat
karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring
miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari
pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler,
endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
c.
Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita
penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih
sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga
pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi
d.
Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami
gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol,
bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah
terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen
anstesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi
atau pemberian insulin yang berlebihan.
Bahaya lain yang mengancam
adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid
beresiko mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-obatan kortikosteroid
harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.
e.
Merokok
Pasien dengan riwayat merokok
biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis
pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.
f.
Alkohol dan
obat-obatan
Individu dengan riwayat
alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik,
sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada
kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum
dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari
asprirasi dengan pemasangan NGT.
c. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang,
maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan
lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan
operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan
keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang
diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka
dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani
operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan
laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan
hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang
yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis
pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan
operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
-
Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto
thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan
(computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro Cardio
Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
-
Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah :
hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit,
protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan
pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
-
Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa
pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum
operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
-
Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien
dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan
pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
-
Pemeriksaan status anastesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan
untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American
Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik
anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan
sistem saraf. Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.
§
ASA grade I
Status fisik : Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal:
penderita dengan herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi
muda yang sehat.
Mortality (%) : 0,05.
§
ASA grade II
Status fisik : Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan
diseababkan oleh penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas,
penderita dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus ringan yang
akan mengalami appendiktomi
Mortality (%) : 0,4.
§
ASA grade III
Status fisik : Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes
mellitus dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.
Mortality (%) : 4,5.
§
ASA grade IV
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa
yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi
koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 25.
§
ASA grade V
Status fisik : Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa
yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi
koroner atau infark miokard
Mortality (%) : 50.
d. Persiapan mental/psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap
atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long).
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan
dan ketakutan antara lain : Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami
kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan
darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang
terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari
biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam
menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda
pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap
orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan
ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :
-
Takut nyeri setelah pembedahan
-
Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan
tidak berfungsi normal (body image)
-
Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum
pasti)
-
Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang
lain yang mempunyai penyakit yang sama.
-
Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan
pembedahan dan petugas
-
Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
-
Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien
dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya
frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol,
telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang
kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping
yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres.
Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa
digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan
kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor
pendukung/support system. Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien,
perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara
lain:
-
Pengalaman operasi sebelumnya
-
Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan
tindakan operasi
-
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi
baik fisik maupun penunjang.
-
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi
kamar operasi dan petugas kamar operasi.
-
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre,
intra, post operasi)
-
Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus
dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti :
latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi
yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan
beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan
hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa
hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan
dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat
mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum
operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan
hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan perawat dalam memberikan
dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara: Membantu pasien mengetahui
tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan
informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh
pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi
maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian
ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang
terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap
tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa
yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan
menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika
diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan
darah yang dilakukan, dll.
Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan mempersiapkan
mental pasien dengan baik Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar
operasi. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan
hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
Kolaborasi dengan dokter terkait dengan
pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien
tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang
serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan
memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan
ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar
pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang
tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
e. Obat-obatan premedikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien
akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien
mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan
biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di
berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika
profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan
pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram
dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
salahkah aku?
serba salah. aku
sebenarnya ingin memutuskan hubungan kita, tapi aku tau besarnya cintamu
padaku. jika aku meminta kita mengakhiri hubungan kita, perasaanmu tentu sakit
sekali. tapi, bagaimana dengan perasaanku sendiri? apa aku harus terus
berpura-pura mencintaimu yang sebenarnya sedikitpun perasaanku untukmu sudah
hilang sama sekali. aku harus mementingkan perasaanmu atau aku harus egois
dengan perasaanku?. aku tidak ingin membohongi diri-sendiri, dan aku juga tidak
ingin keadaan ini berlarut-larut dengan segala kepalsuan.
pesan singkatmu
tidak pernah aku balas. panggilanmu sengaja aku tidak jawab. aku tau ini sangat
menyakitkan buatmu. aku tau dari teman kita,kamu berbicara masalah aku dan kamu
padanya. kamu mengeluh padanya tentang sikapku yang tidak peduli. mungkin maaf
saja tidak cukup untuk ku katakan padamu, karena aku tau aku sungguh
keterlaluan memperlakukanmu. namun percuma keluh kesahmu kamu ceritakan
padanya, karena dia sahabatku dan pastinya lebih memihakku.
kamu memikirkanku.
tapi sedikitpun aku tidak memikirkanmu. ini sungguh tidak adil bukan? hubungan
kita belum genap satu bulan, tapi kenapa aku sudah merasa januh padamu?. aku
juga bertanya pada diriku sendiri tentang semua ini. saat ini, saat tulisan ini
aku rangkai, aku hanya berharap semoga perasaanmu padaku hilang, seperti
perasaanku padamu yang hilang. smoga Tuhan mencabut perasaan cintamu padaku,
sebab cinta yang kau miliki itu akan membuatmu menderita, dan itu adalah karena
aku yang tidak bisa mencintamu.
Langganan:
Postingan (Atom)